logo webpta

Written by Super User on . Hits: 4923

Oleh Ahmad Agus Bahauddin

Judul tulisan ini seperti agak aneh, apa mungkin kiat-kiat ala etnis Tionghoa yang konon sebagian besar pelaku bisnis dapat diterapkan pada kinerja PNS/ASN, sedangkan PNS sendiri berstatus sebagai pekerja atau pegawai di instansi, dalam hal ini lembaga Peradilan Agama. Menurut pandangan sebagian masyarakat kita bahwa PNS/ASN bergaji kecil, pekerjaan ringan, banyak bengong, celakanya lagi PNS hanya sebagai pekerjaan sampingan, masih agak lumayan kalau seseorang PNS/ASN memiliki pekerjaan atau usaha sampingan. Pada umumnya telah mengetahui,   gaji PNS nominalnya kecil,namun banyak diburu calon-calonnya, karena PNS menduduki posisi strategis dan bergengsi. Tulisan ini bermaksud untuk menampik pandangan-pandangan negatif tentang PNS/ASN, dengan mengambil nilai-nilai, sifat-sifat, sikap-sikap, dan kiat-kiat yang diterapkan etnis Tionghoa dalam berbisnis yang memberi keuntungan materiel secara ekonomis sepanjang hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Sedangkan PNS/ASN bekerja mencurahkan pengabdiannya kepada negara, bangsa dan agamanya diperhitungkan sebagai ibadah yang menghasilkan jasa, materiel dan immateriel yang tidak ternilai harganya. Sindiran-sindiran, makian, seringkali dialamatkan ke PNS/ASN. Pengangguran terselubung, sarang koruptor, dan lain-lain sindiran dan makian tersebut seyogyanya ditanggapi secara arif sebagai birokrat bijak tentu dengan menunjukkan kinerja yang optimal.

Ada judul sinetron yang mensegmentasikan sesuai dengan profesinya sebagai sindiran, antara lain judul sinetron “ Gadis di Persimpangan Jalan “sinetron ini cocok ditonton oleh POLWAN. Untuk PNS/ASN cocok menyaksikan sinetron berjudul “ Menghitung Hari “, artinya selalu menunggu saat menerima gaji dan remunerasi. Seorang Politikus cocok nonton sinetron “Lain di Bibir Lain di Hati “. Sedangkan bagi koruptor lebih cocok nonton sinetron berjudul “ Jangan Bilang Siapa-Siapa “. Judul sinetron kaitannya dengan profesi tersebut selain mengandung humor cerdas berkelas, juga mengandung sindiran halus, yang memiliki kekuatan pada kenakalannya. Sindiran halus yang muncul ini bukan bermaksud membuat terutama PNS/ASN merasa tersinggung, kecuali PNS yang super sensitif. Persoalan  sindiran terhadap PNS/ASN tersebut mengandung kebenaran sesuai fakta atau tidak, hal ini tergantung bagaimana cara PNS/ASN menyikapinya.

Dalam undang-undang, PNS/ASNsebagai unsur aparatur negara ikut andil usaha mencapai tujuan nasional untuk mewujudkanmasyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur,adil, dan bermoral tinggi, yang bertugas sebagai abdi masyarakat yangmenyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dankesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang- UndangDasar 1945 (Konsideran UU No 43 Tahun 1999) jo UU Nomor 5 Tahun 2014.

Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yangditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri,atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku (Pasal 1 UU No 43 Tahun 1999). Pegawai Negeri terdiri dari : a. Pegawai Negeri Sipil; b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri dari : a. Pegawai Negeri Sipil Pusat; dan b. Pegawai Negeri Sipil Daerah (Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU No 43 Tahun 1999).Sebagai dasar untuk dapat diangkat menjadi Hakim, Pejabat Kepaniteraan, Kesekretariatan, dan Kejurusitaan pada Peradilan Agama adalah harus berstatus Pegawai Negeri Sipil (UU No 7 Tahun 1989 jo UU No 3 Tahun 2006 jo UU No 50 Tahun 2009).

Indonesia sebagai negara hukum yangberdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,bertujuan mewujudkan tata kehidupan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram, dan tertib. Untuk mewujudkan tata kehidupan tersebut dan menjaminpersamaan kedudukan warga negara dalam hukum diperlukanupaya menegakkan keadilan, kebenaran, ketertiban, dankepastian hukum yang mampu memberikan pengayoman kepada masyarakat. Salah satu upaya  menegakkan keadilan, kebenaran,ketertiban, dan kepastian hukum tersebut adalah melaluiPeradilan Agama yang memiliki aparaturnya yang menjalankan tugas pokoknya dan selalu mencintai pekerjaannya agar mencapai sukses tujuan dimaksud. Untuk menuju sukses tersebut PNS/ASN pada Peradilan Agama perlu mengetahui kiat-kiat menuju sukses. Tidak ada salahnya jika dalam tulisan ini juga mengambil kiat-kiat atau rahasia sukses bisnis etnis Tionghoa Indonesia, sepanjang kiat-kiat tersebut tidak bertentangan dengan  Islam.

Andil sedemikian besar dan mulia PNS/ASN dengan tujuan besar dan mulia pula seperti diuraikan di atas untuk memperoleh sukses dunia dan akhirat, tidak akan mungkin jika tanpa menggunakan kiat-kiat sukses.Sukses sendiri adalah hasil upaya manusia yang secara terus menerus belajar memperbaharui diri agar sikapnya baru selamanya, seperti yang ditulis dalam bak mandi raja suci Shang Thang yang hidup 1130 SM. Menjadi insan berbudi mulia adalah cita-cita tertinggi seorang Konfusian. Cita-cita itu akan tercapai bila seseorang terus berupaya dengan tekun dan telaten. Akhirnya diyakinkan bahwa keberhasilan dalam bisnis menurut ajaran Konfusius sebagian besar ditentukan juga oleh sikap-sikap tersebut (Thomas Liem Tjoe, 2008 : 61). Hal ini sejalan dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak. Sukses bisnis Nabi sebagian besar juga ditentukan oleh sikap-sikap akhlaqul karimah yang melekat pada dirinya. Nabi bukan saja sebagai pebisnis lokal, tetapi juga berbisnis sampai ke manca negara. Kemungkinan inilah yang mengilhami anjuran Nabi mencari ilmu meskipun sampai ke negeri Cina, karena negara-negara di dunia saat itu telah mengetahui bahwa kebudayaan dan peradaban Cina lebih tua dari pada negara-negara lainnya.

Naluri sukses yang dimiliki kebanyakan etnis Tionghoa Indonesia adalah hasil perjuangan  hidup sukses dan menolak kebangkrutan.Bisnis yang fokus dan selalu mencari cara  mewujudkan keinginannya serta mau membayar harganya adalah tujuan bisnis mereka. Untuk memperoleh sukses seorang PNS/ASN harus berubah. Salah satunya agar PNS/ASN bisa diterima dengan baik di tengah-tengah pergaulan yang dapat memberi keuntungan lebih. Tidak akan mungkin meraih sukses hanya dengan single fighter. Semakin banyak orang suka terhadap PNS/ASN, semakin percaya tentang keberhasilannya. Ada dua hal penting yang membuat diri PNS/ASN bisa berkembang : Pertama, menjadikan dirinya sebagai pribadi yang kompeten melalui proses belajar yang keras dan terus menerus. Kedua, menjadikan dirinya pribadi yang supel, empati, disukai, dan pandai membawa diri. PNS/ASN sebaiknya sadar bahwa nilai dirinya tidak tergantung banyak hal yang diketahuinya, tetapi lebih kepada berapa banyak hal yang PNS/ASN hasilkan. Dengan demikian PNS siap dipersatukan lewat mitra kerjanya dalam satu tujuan, yakni sukses bersama.

Ambisi besar PNS/ASN harus disertai perbuatan besar pula. Kebanyakan pelaku bisnis etnis Tionghoa memiliki pendapat bahwa kegagalan hidup yang dialami oleh beberapa orang terjadi bukan karena kurang cerdas atau kurang beruntung, melainkan karena tidak mempunyai tujuan untuk dicapai dan akhirnya tidak menghasilkan apa-apa. Untuk hidup sukses memerlukan orang lain atau mitra kerja. Sukses itu sesungguhnya penghargaan yang diterima dari orang lain, sebagaimana imbalan atas jasa atau kontribusi kepada orang lain. Sukses itu bersifat mutual benefit,timbal balik, atau saling menguntungkan. Itu semua harus ditebus dengan kerja keras. Dengan rendah hati memikirkan dan mencari tahu apa yang orang lain inginkan. Ini kebalikan orang pada umumnya yang menginginkan pemberian orang lain dan melakukan apa yang diinginkan.

Malas semestinya amat dihindari dalam kehidupan PNS/ASN. Kemalasan dianggap jauh lebih buruk daripada kebodohan. Sifat dasar pemalas selalu sama di mana-mana, menyusahkan orang lain. Kemalasan adalah pangkal kemiskinan. Tidak ada seorangpun yang bersedia menerima seseorang dengan reputasi pemalas dalam lingkungan kerjanya.Mudah menyerah adalah sifat lain yang amat direndahkan. Biasanya dianggap pengecut dan cenderung menjadi pengkhianat. Setiap kali berhadapan dengan masalah cepat menyerah,  suka memamerkan kekayaannya agar dilihat dan dipercaya orang, padahal tidak seberapa. Orang-orang Tionghoa pekerja keras, sangat peka terhadap sifat-sifat pamer tanpa alasan seperti biasa dilakukan oleh orang-orang yang lemah. Sudah tentu pemalas dan mudah menyerah tidak akan mendapat kepercayaan.

Kemauan kerja keras dan kebiasaan hidup yang hemat menyebabkan orang Tionghoa mampu bekerja dalam waktu yang panjang, jarang istirahat, kecuali hari besar atau hari libur. Mungkin saja usahawan Tionghoa merasa tidak memiliki tanah air. Orang Tionghoa sadar  nenek moyang mereka adalah  perantauan. Terkadang perasaan terasing itu mengusik hati sanubari walaupun telah lama tinggal di Indonesia. Tindakan yang sedikit mengobati perasaan terasing itu mengadaptasi bahasa dan standar-standar yang berlaku untuk kemajuan usahanya. Bahkan ada yang ekstrim melupakan sama sekali tradisi kebudayaan, sistem kepercayaan, dan bahasa leluhurnya sendiri. Selalu akan bergerak diantara keluarga sendiri. Betapa tinggi motivasi untuk bertahan dan menggapai mimpinya. Memaksa sedemikian rupa sehingga harus mampu bertahan dalam kondisi apapun karena jalan untuk pulang kembali hampir-hampir tidak terpikirkan lagi. Apapun yang ada di depan mata sebagai peluang untuk dimanfaatkan, dengan terus menerus mencari kesempatan lebih maju dari hari sebelumnya. Semangat perjuangan tersebut lalu ditularkan juga oleh orang tua kepada anak-anaknya.Anak-anak dididik sejak kecil untuk memiliki kepatuhan moral, perlunya mencari konsensus, mengendalikan diri, memiliki rasa tanggung jawab, berterima kasih pada orang tua serta menghormati yang lebih senior. Cara dan kebiasaan para pelaku bisnis menyelenggarakan bisnis sejak lama, bahkan telah terpola berdasarkan sejumlah prinsip dasar berbisnis. Pola ini tidak dipamerkan dengan tulisan untuk dibaca para pelanggannya, tetapi menghayatinya.

Menjadi seorang yang berbudi mulia dengan memegang teguh prinsip moralitas dan tidak sedikitpun meninggalkan perbuatan baik, bahkan tidak akan berbuat sekedar untuk sesuap nasi, demikian tujuan ideal Konfusianisme. Tradisi Konfusian tidak berbicara tentang individu-individu tetapi pribadi manusia dalam masyarakat. Menjadi manusia berarti hidup bermasyarakat dalam berbagai macam hubungan. Kita dapat melihat kepribadian manusia, berbagai pertalian yang menghubungkan pribadi itu dengan orang-orang lain, serta tatacara pengungkapanpertalian hubungan-hubungan tersebut. Tentang watak peramah dan penyayang atau berbudi mulia tersebut, menurut Konfusius, orang yang dapat mempraktikkan lima hal di mana-mana, akan berwatak peramah dan penyayang. Kelima hal itu adalah sopan santun, kemurahan hati, kepercayaan, kerajinan dan keramahan. Jika PNS/ASN sopan santun, niscaya tidak akan dimaki oleh siapapun. Jika murah hati, akan memikat orang banyak. Kalau PNS/ASN dapat dipercaya, maka orang lain akan mempercayainya. Jika PNS/ASN rajin, disiplin, akan berhasil, dan jika PNS/ASN ramah, maka PNS/ASN akan dapat memerintah orang lain.

Konteks nasihat Konfusius di atas, adalah tata pergaulan dengan orang lain, namun fokus perhatiannya pada kesejahteraan diri sendiri. Seseorang PNS/ASN sungguh berbudi mulia dan bahagia dalam isolasi. Hukum Timbal Balik sebagai “ a golden rule “ harus selalu diupayakan ketika berhubungan dengan sesama manusia sebagai praktik cinta kasihnya itu. Pertama : Apa yang orang lain tidak ingin lakukan terhadap PNS/ASN, jangan PNS/ASNlakukan kepada orang lain. Kedua :Bila PNS/ASN ingin tegak upayakan juga menegakkan orang lain. Kilas balik akan bergerak alami bila saatnya tiba. Semua energi dalam alam semesta ini mengalami perputaran seperti halnya pagi, siang, sore, dan malam, lahir, besar, mati demikian terus terjadi berulang-ulang sebagaimana persis sifat-sifat yang dimiliki Sunnatullah.

Sebagai manusia biasa, seseorang PNS/ASN harus memiliki niat, kemauan, dan kemampuan mengejar cita-cita dari bawah sampai ke titik optimal dengan penuh harga diri. Segera menyadari kapan saatnya berhenti pensiun untuk melakukan pembinaan tunas baru, menggambarkan bagaimana orang-orang Tionghoa menyadari keadaannya dan mau menjalani perjuangannya dari tingkat bawah serta penuh harga diri. Dalam salah satu gubahan bagian puisi yang ditulis oleh Dasan seorang Cendekiawan Tiongkok yanghidup antara 1762-1836 tersirat sebuah keyakinan bahwa suatu saat nasibnya akan berubah untuk membasuh segala nyeri dan luka yang di dapatnya ketika harus berjuang dari bawah.

Hukum Perubahan mengatur, bahwa tugas utama setiap PNS/ASN yang memasuki lembaga Peradilan Agama ikut mendamaikan para pihak berperkara. Karena lembaga Peradilan Agama merupakan bagian Indonesia, maka PNS/ASN juga turut serta mendamaikan Indonesia sekaligus ikut mendamaikan dunia. Tetapi jangan lupa sebelum partisipasinya mendamaikan Indonesia sekaligus dunia tersebut, PNS/ASN harus lebih dahulu membereskan rumah tangganya. Mana mungkin seorang PNS/ASN akan sukses meraih karir dan mendamaikan orang lain jika PNS/ASN sendiri belum becus mengatur rumah tangganya sendiri. Bagaimana mungkin rumah tangganya bisa damai kalau PNS/ASN yang bersangkutan belum bisa membina dirinya sendiri. Banyak PNS/ASN yang gagal di tengah jalan akibat ulahnya sendiri, tidak dapat mengatur diri dan keluarganya. Tidak dapat dikatakan sukses bagi PNS/ASN yang rumah tangganya berantakan, meskipun ada kemungkinan seorang PNS/ASN tersebut meraih karir sampai sundul langit sekalipun. Banyak cobaan dan godaan bagi PNS/ASN yang mesti dihadapinya dengan bijaksana. Godaan dan cobaan tersebut biasanya meliputi harta, tahta, dan wanita. Bagi PNS/ASN wanita godaannya,  harta, tahta dan  pria. Sebelum diri PNS/ASN terbina, dia harus meluruskan hatinya, dan untuk itu PNS/ASN harus meneguhkan tekadnya serta melengkapi pengetahuannya. Sedangkan untuk melengkapi pengetahuannya PNS/ASN harus meneliti hakikat setiap perkara. Maka dengan sendirinya kesejahteraan keluarga adalah hasil pembinaan diri, lalu meningkat menjadi pembinaan negara dan perdamaian dunia.

Sebagai PNS/ASN untuk bekal beban tugas dan pekerjaannya, memiliki pengetahuan adalah sebuah keniscayaan. Konfusius percaya bahwa masyarakat yang ideal hanya bisa dibentuk oleh orang-orang yang berpengetahuan. Bukan oleh orang-orang yang bermental budak dengan ketidaktahuannya yang ditelikung oleh hasrat kepentingan pribadi dan hawa nafsunya  sendiri. Konfusius sendiri sangat mencintai pengetahuan dan mengajarkan bahwa pengetahuan wajib dimiliki oleh setiap orang. Menurut Konfusius, untuk memiliki pengetahuan ditempuh lima langkah : Pertama, mempelajari secara luas. Kedua, bertanya dengan cermat. Ketiga, berpikir dengan seksama. Keempat, menyaring dengan jelas, dan Kelima,menjalankan secara sungguh-sungguh. Kalau bekal pengetahuan ini dimiliki oleh setiapPNS/ASN Peradilan Agama, maka tidak ada lagi PNS/ASN bengong hanya menghitung hari menanti saat-saat menerima gaji dan remunerasi.

Pekerjaan PNS/ASN Peradilan Agama didominasi membaca, menelaah, dan menulis dalam ruangan, tidak terkecuali Hakim. Tentu tugas ini tidak ringan, menjemukan dan membosankan kecuali bagi PNS/ASN yang bertanggung jawab dan berdedikasi tinggi, telah memiliki dasar cinta pekerjaan yang menjadi tugas pokoknya. Ada kiat-kiat bagaimana seseorang PNS/ASN dapat mencintai sekaligus meraih sukses beban tugas yang diembannya :

Pertama : Ada niat dan kemauan PNS/ASNyang bersangkutan.Kedua : makan bergizi, meskipun hanya pecel lele. Ketiga : olah raga teratur. Olah raga tidak harus mengeluarkan biaya dan tenaga besar, bisa jalan kaki tanpa sepatu alias nyeker. Keempat : istirahat cukup. Mahkamah Agung telah memberikan kepada PNS/ASNwaktu yang cukup satu sampai satu setengah jam untuk istirahat. Kelima : Perangkat yang cukup. Bagaimana mungkin seseorang PNS/ASN dapat bekerja dengan baik kalau hanya modal dengkul. PNS/ASN tidak bisa sepenuhnya mengandalkan perangkat dari instansi dimana PNS/ASN bekerja, karena keterbatasannya. Perangkat apapun yang tidak dimiliki oleh instansi sudah seyogyanya disediakan PNS/ASN sendiri. Keenam : Istiqamah, artinya  lurus, lempang dan tidak berbelok-belok. Umar bin Khathab menjelaskan : Istiqamah itu tetap mengikuti perintah dan  menjauhi  larangan serta tidak menyimpang dari padanya. Abu Bakar menambahkan, bahwa yang dimaksud istiqamahialah  sesudah beriman,tidak mempersekutukan Allah dengan suatu apapun. Ahli ma’rifat mengartikan istiqamah : iman kepada Allah dan  mengikuti ajaran Rasulullah baik secara lahir maupun batin. ( QS. Asy-Syura : 15 ).Hadis Muslim dalam kitab sahihnya dari Sofyan bin Abdullah As-Saqafi menegaskan : sesudah iman kepada Allah, istiqamah sebagai pasangan dan sekaligus syarat yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Istiqamah menjadi sikap amat penting dan perangkat yang tidak bisa dipisahkan dalam mewujudkan iman dan akhlaqul karimah dalam bekerja. Istiqamah harus menjadi karakter dan kepribadian orang-orang beriman. Seperti apa yang menjadi motto dan garis hidup orang-orang beriman bahwa, hidup ialah pengabdian, perjuangan dan pengorbanan. Tanpa iman dan pendirian yang teguh tidak mungkin dapat mempertahankan eksistensi dirinya sebagai orang beriman. Kemungkinan jika ia berhasil dalam karir, tetapi goyah pendiriannya dan luntur kepribadiannya, bisa-bisa iman dan agamanya pun tergadaikan. Sebaliknya bila gagal dalam hidup ia akan putus asa dan tegoncang jiwanya.

Setiap PNS/ASN harus memiliki sikap qana’ah artinyasebagai sikap merasa cukup, ridha atau puas atas karunia dan rizki Allah SWTseberapapun hasilnya dari kerja keras PNS/ASN. Qana’ah berarti kepuasan hati dengan rizki yang ditentukan Allah.Cinta dunia dan ingin hidup dalam kemewahan, adalah salah satuyang menyebabkan hidup menjadi tidak tenteram. Orang-orangyang cinta dunia akan selalu terdorong  memburu segala keinginannyameski harus menggunakan cara yang licik, curang, bohong, korupsi,dan sebagainya. Semua itu karena orang yang cinta dunia tidak pernahmenyadari, sesungguhnya harta hanyalah ujian, sehingga ia tidak pernahmerasa cukup dengan apa yang sudah dimilikinya dan masih selalu inginmenambahnya lagi, ini sikap yang sangat jauh dari rasa syukur kepadaAllah SWT. Sikap qana’ah bukanlahhilang semangat  berkerja lebih kerasmenambah rizki. Bahkan bertujuan  senantiasa bersyukur dengan rizki yang dikaruniakan Allah. Karena sikap qana’ah tidak berarti  menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar. Orang-orang qana’ah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, namun semua itu bukan untuk menumpuk kekayaan. Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada kita bagaimanamenyikapi harta dengan sikap qana’ah, kepuasan dan keikhlasan. Seharusnya sikap qana’ah ini dimiliki oleh orang kaya maupun miskin. Adapun wujud qana’ah yaitu merasa cukup dengan pemberian Allah melalui pekerjaan sebagai PNS/ASN, tidak tamak apa yang telah  PNS/ASN miliki, tidak iri melihat apa yang ada di tangan orang lain dan tidak rakus mencari harta benda dengan menghalalkan segala cara, sehingga dengan semua itu akan membuat orang merasa puas dan tidak mencari melebihi apa yang dibutuhkan, dan mencegah orang dari menurutkan hawa nafsu yang tidak pernah puas.Inilah yang disebut PNS/ASN sukses dunia dan akhirat.Jika sebagai PNS/ASN Peradilan Agama tidak sanggup menjalankan kiat-kiat sebagaimana tersebut di atas, TEEEEERLAAALUU !!!!!!!!!. Wallahu A’lam Bissawab.

Hubungi Kami

Pengadilan Tinggi Agama Semrang

Jl. Hanoman No. 18 Semarang

Krapyak, Kec. Semarang Barat,

Kota Semarang 50146

Jawa Tengah

 

Telp : (024) 7600803

Fax  : (024) 7603866

Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

istagram ig pta-semarang

maps1 Lokasi Kantor

https://www.siakad.iainutuban.ac.id/system/js/-/ThaiXMaxwin/ https://elektro.istts.ac.id/-/dslot/ https://elektro.istts.ac.id/wp-content/stoto/ https://www.mitsubishi-solo.co.id/